Kisah Dibalik Seorang Wanita yang Menjadi Manusia Patung



JAKARTA, JOURNAL IS ME CLUB - Teriknya matahari di siang hari dan ramainya suasana di daerah Kota Tua, merupakan makanan sehari-hari bagi seorang wanita yang bergaya layaknya sebuah patung. Tidak peduli dengan riasan wajah yang tebal, gaun panjang yang dikenakan, serta hiasan kepala khas putri Cina yang terlihat berat, ia tetap tersenyum kepada para pengunjung yang bersedia menyediakan waktunya untuk mengabadikan gambar bersama dirinya. Kecantikannya dan keunikannya menjadi daya tarik sendiri bagi mereka yang melewati tempat tersebut. Kapan lagi Anda dapat berfoto dengan seorang putri cantik berkulit putih bersih asal Cina di kawasan berlatarkan sejarah Belanda ini?

Ia bernama Adeliani, wanita asal Jawa yang saat ini sedang mencari rezeki di Jakarta dengan bekerja sebagai manusia patung. Eksistensinya yang cukup menonjol dan berbeda di antara manusia patung lainnya, yang rata-rata diperankan oleh pria, menarik perhatian wisatawan yang berlalu lalang di sana. Memang jarang menemukan perempuan yang bekerja dengan “mematungkan diri”, dan Adeliani merupakan salah satu dari mereka.

Semua orang memilih kisah tersendiri dibalik profesi unik yang ditekuninya, begitu pun dengannya. Berawal dari ketertarikannya menjadi manusia patung, karena menurutnya pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang santai, bebas, dan fleksibel. Riasan tebal yang melekat pada wajah anggunnya setiap hari tidak menjadi masalah bagi Adeliani karena sudah terbiasa. Beruntung keluarganya membolehkan dirinya untuk melakukan profesi ini, jadi ia dapat melakukan pekerjaannya tanpa merasa terbebani.

Menjadi manusia patung ternyata tidak mudah, ia harus melewati beberapa seleksi untuk benar-benar diterima untuk pekerjaan tersebut. “Kita bisa berdiri kayak gini lewat audisi gitu, kita harus hapalin karakter sendiri lah, apa lah, kayak harus ngapain gitu,” tutur Adeliani. Mereka yang menjadi manusia patung sebelumnya harus melalui berbagai persyaratan dan seleksi, hingga akhirnya dipilih 58 orang terbaik oleh Dinas Pariwisata serta penentuan peran karakternya. Ada yang menjadi noni Belanda, Srikandi, bahkan prajurit tentara. Untuk Adeliani sendiri, perannya telah ditentukan sebagai putri Cina.

Selain ketertarikannya, ia juga menekuni profesi unik ini sebagai sumber penghasilan untuk menghidupi keluarga kecilnya yang saat ini tinggal di sebuah kos-kosan di Jakarta. Adeliani menggantikan peran sang suami sebagai kepala keluarga, jadi ketika dirinya sedang mencari nafkah, maka suaminya akan membantu mengurus anak di rumah. Terkadang keduanya saling bergantian menjaga anak mereka. Suaminya pun memiliki pekerjaan yang mirip dengannya walaupun bersifat tidak tetap, “Dia kerja kayak ini juga, tapi kalau kayak dapat panggilan kemana gitu,” jelasnya.

Bekerja sebagai manusia patung di Kota Tua memiliki jam kerja tertentu, dan penghasilannya pun cukup besar. Jika pada hari biasa menghasilkan sekitar dua ratus ribu rupiah, maka pada akhir pekan atau hari libur raya penghasilannya bisa mencapai dua juta rupiah. Dari hasil inilah, Adeliani menghidupi suami serta anaknya yang masih batita.

Tidak ada pekerjaan yang mudah, selalu ada tantangan tersendiri bagi yang menjalaninya. Sebagai penutup, Adeliani memberi semangat kepada  mereka yang ingin mencari pekerjaan maupun yang sedang menjalankannya, “Jangan menyerah selagi masih ada kerjaan yang halal, jangan yang kayak terjerumus kemana gitu.”

Penulis : Wesiana Tirta
Editor: Leon Wilson Andersson


Komentar

Postingan Populer