Merpati Menjadi Spot Foto di Kota Tua



JAKARTA, JOURNAL IS ME CLUB – Terik matahari begitu tajam siang hari itu, kondisi jalanan yang padat karena dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang pun membuat aku dan sejumlah penyebrang jalan lainnya kesulitan untuk menyebrang ke arah pintu masuk wisata Kota Tua. Perjalanan yang kami tempuh kurang lebih sekitar lima belas menit dari kampus Universitas Bunda Mulia. Perjalanan ini merupakan perjalanan pertamaku dalam rangka kegiatan outing yang diadakan oleh klub Journalisme. Mengingat pada hari itu merupakan hari Sabtu, sudah tak bisa terhitung banyaknya wisatawan yang menghabiskan waktu liburan mereka bersama dengan orang-orang terdekat mereka di kawasan wisata bersejarah tersebut.


Tidak terkecuali diriku yang sudah tidak sabar untuk menjelajahi setiap sudut Wisata Kota Tua bersama dengan anggota dan kakak-kakak klub Journalisme lainnya. Berbekal sejumlah ilmu jurnalistik yang sudah kudapatkan dari setiap pelatihan klub, membuatku bersemangat untuk mencari hal-hal baru yang dapat ditulis menjadi sebuah feature. Kegiatan outing ini diawali dengan berdoa bersama yang kemudian disusul dengan makan siang bersama dan pengarahan mengenai hal yang harus dilakukan. Untuk menghemat waktu, kakak-kakak pengurus klub memecahkan kami menjadi beberapa kelompok dengan area yang berbeda-beda. Selain itu, kami juga dibimbing oleh kakak-kakak pengurus yang sudah ditentukan. Kelompokku terdiri dari tiga orang yaitu aku, Devi dan Felicia yang dibimbing oleh kak Abigail dan kak Reva. Sebelum mulai berpencar, kami diberikan arahan singkat untuk mengkonfirmasi waktu dan tempat untuk berkumpul kembali.


Seperti yang banyak diketahui bahwa daerah Wisata Kota Tua merupakan ikon dari kota Jakarta yang menyimpan banyak sejarah mengenai kota ini. Warisan budaya dapat kita lihat melalui bangunan-bangunan kuno dari peninggalan penjajahan Belanda yang merepresentasikan bentukan bangunan ala Eropa. Berbagai bangunan kuno seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang dan Museum Bank Indonesia menyimpan banyak sekali sejarah tentang Indoneisa yang dapat menambah wawasan bagi para wisatawan. Tidak hanya indah karena tingginya nilai estetika, namun bangunan-bangunan tersebut menyimpan banyak kisah hitam putih masa penjajahan. Bangunan-bangunan tersebut bukanlah ada tanpa sebuah alasan. Melainkan mereka ada dengan menyimpan kisah-kisah bersejarah yang membalut setiap koleksinya.


Ketika mengelilingi Wisata Kota Tua ini, aku disuguhkan banyak sekali pemandangan yang beragam seperti bangunan-bangunan kuno, manusia patung dan ornamen-ornamen yang berkaitan dengan sejarah. Suasana ini dibalut dengan nuansa ala tempo dulu atau vintage yang akhirnya menjadi pusat perhatianku dan para wisatawan lainnya untuk mengabadikan momen ketika berkunjung ke tempat yang bersejarah ini. Pada saat mengelilingi Wisata Kota Tua, ada salah satu spot yang menarik perhatianku yaitu, berfoto dengan latar burung-burung merpati indah yang berada di pelataran luas depan Museum Fatahillah. Pada saat tertentu, banyak sekali burung-burung merpati yang berterbangan dan bermain disekitar pelataran ini. Spot yang satu ini terlihat tampak mirip dengan suasana bak di luar negeri yang dilengkapi dengan pemandangan bangunan-bangunan kuno bergaya Eropa dan burung-burung merpati yang berterbangan.


Kuamati bagaimana seorang bapak yang mengumpulkan banyak sekali burung merpati dengan melemparkan jagung kering ke sekitar pelataran dan kemudian ia kembali melempar sebuah botol yang berisikan pasir didalamnya untuk menerbangkan kembali merpati tersebut. Hal itu dilakukan sang bapak, untuk membantu seorang pria yang sedang memotret kekasihnya yang berada disekitar burung-burung merpati tersebut. Beberapa menit kemudian nampak seorang wanita tua yang sedang memotret anak dan cucunya yang juga turut berfoto dengan burung-burung merpati tersebut. Disaat yang bersamaan, anak kecil tersebut juga ikut memberikan makan kepada burung merpati yang ada. Melihat momen tersebut membuatku menjadi tertarik dengan keindahan yang ditawarkan oleh kawasan wisata Kota Tua ini, mulai dari berswafoto dengan merpati hingga berpose dengan latar belakang bangunan kuno. Mengingat setiap kelompok hanya diberikan waktu sekitar tiga jam untuk mengobservasi kawasan wisata ini, kami pun tidak sempat untuk melakukan wawancara dengan sang bapak pemberi makan merpati.


Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, kegiatan outing yang dilakukan pun akhirnya selesai. Sebelum mengakhiri kegiatan outing ini, kami melakukan beberapa kegiatan seperti bermain permainan sederhana dan foto bersama untuk menjadi kenang-kenangan.


Penulis : Clarissa Oktalim
Editor : Abigail Gavrila Popal


Komentar

Postingan Populer