[CERPEN] Sahabat Jadi Cinta

 


Sinar matahari yang cerah mulai memasuki jendela kamarku. Aku terbangun dengan sempurna ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Aku langsung bangkit dari tempat tidurku, lari ke kamar mandi, dan siap-siap pergi ke sekolah.

Oh iya, hampir lupa. Perkenalkan, namaku Kresya Sherly, orang-orang memanggilku Kresya. Aku bersekolah di SMA Tunas Mandiri.

Kini aku sudah siap untuk pergi ke sekolah, tetapi ada satu masalah lagi yang harus aku selesaikan. Yap! Ternyata ban mobil milikku kempis. Lengkap sudah, aku akan terlambat masuk sekolah. Aku langsung berlari menuju halte untuk menemukan transportasi umum yang akan mengantarku ke sekolah. Namun, karena mungkin hari ini adalah hari tersialku, angkutan umum yang aku tunggu-tunggu tidak kunjung datang. Sampai beberapa saat kemudian, datanglah seorang lelaki yang satu sekolah denganku. Namanya Rio, dan dia adalah sahabatku sejak kecil. Dia yang selalu menemaniku setiap hari.

Hmm... sebenarnya, aku juga punya rahasia. Ya, Rio adalah laki-laki yang aku suka sejak SMP. Sayangnya, dia sudah memiliki seorang kekasih yang bernama Feli. Aku juga tidak mau dia tahu kalau aku suka dengannya, karena aku takut persahabatan yang sudah kami jaga sekian lama hancur begitu saja karena rasa yang kumiliki.

Jika kalian ingin tahu, Feli merupakan murid perempuan terpopuler di sekolahku. Akan tetapi, dia suka melakukan perundungan terhadap orang-orang kecil yang tidak mau menuruti perintahnya.

“Woi Kres, lo tumben ga bawa mobil?” ucap Rio sambil berhenti di dekat halte.

“Iya nihh, mobil gue bannya kempis,” jawabku sambil melihat ke arah Rio.

“Kenapa lo ga telepon gue, sih? Gue kan bisa jemput lo di rumah,” kata Rio dengan nada tinggi.

“Iyaa maaf... Ya gue juga tadi pagi telat bangun nih, jadi ga kepikiran telepon lo,” balasku dengan nada memelas.

“Ya udah. Ayo naik, Kres. Bareng gue aja.”

“Nggak usah deh, Ri. Nanti ada pacar lo, dia malah cemburu lagi.”

“Nggak kok Kres, kita kan sahabatan. Feli juga pasti ngerti kok.”

“Ya udah kalau gitu. Gue naik ya.”

Akhirnya, aku dan Rio pergi ke sekolah bersama. Selama di perjalanan, kami saling bercerita dan berbagi tawa, hingga tak terasa jika sudah sampai di sekolah. Kebetulan, Feli yang sedang berjalan menuju ke kelas melihat ke arah kami, lalu langsung menghampirinya.

“Eh, lo kok bareng sama Rio, sih?” tanya Feli dengan nada sinis.

“Iya Fel, tadi ban mobil gue kempis, terus gue juga ketemu Rio di jalan, jadi gue bareng dia,” jawabku dengan jujur.

“Ooh, ya udah.”

Setelah kejadian itu, rupanya Feli tidak tinggal diam. Ternyata, ia bersama teman-temannya membuat rencana untuk membalas perbuatanku. Jadi, ketika bel istirahat tiba, dan murid berbondong-bondong untuk pergi ke kantin, mereka mulai melancarkan aksinya.

“Kresya datang. Guys, siap-siap ya,” ucap Feli kepada teman-teman satu gengnya.

“Siaap, bos!” seru teman-teman Feli.

Aku berjalan dengan santai sambil membawa makanan yang telah kubeli dari kantin, tetapi aku tidak melihat bahwa ada kaki Feli yang sudah siap untuk menyandungku supaya jatuh. Bisa tebak apa yang terjadi berikutnya? Tepat sekali, aku terjatuh dan makananku tumpah semua ke seragamku. Semua orang memperhatikan diriku, membuatku merasa malu. Namun, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang datang dan menarik tanganku. Ya, dia Rio. Sahabatku itu sangat marah dengan Feli karena sudah menjahiliku, dan akhirnya mereka putus setelah insiden tersebut.

Sepulang sekolah, aku merebahkan tubuhku di kasur empuk milikku. Kutatap langit biru kamarku. Kejadian itu selalu berputar-putar di memoriku. Aku bangkit dari kasurku, melangkahkan kedua kakiku menuju meja belajar. Penaku mulai menari-nari di atas kertas putih polos, menulis seluruh kejadian yang menimpaku hari ini.

Sejak saat itu, aku dan Rio jadi semakin dekat, dan aku merasa kami seperti sudah lebih dari sahabat. Sampai suatu ketika, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa sukaku kepada Rio, yang ternyata rasa itu terbalaskan. Iya, Rio juga menyukaiku sejak lama, tapi ia mengaku takut untuk memulainya karena dirinya tidak mau kehilangan sahabat satu-satunya.


Penulis: Jessica Santoso
Editor: Grecia, Wesiana Tirta
Photo by Giang Vu on Unsplash

Komentar

Postingan Populer