Hentikan Stigma, ODGJ Juga Manusia Biasa


Mental illness adalah penyakit gangguan kejiwaan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Mental illness juga secara negatif mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup seseorang. Menurut WHO (World Health Organization), di negara yang sedang berkembang, isu kesehatan mental masih menjadi topik yang terpinggirkan. Di Indonesia sendiri, ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) sering disebut orang gila, orang yang aneh dan dianggap memalukan.

Stigma terhadap penderita gangguan kesehatan mental menyebabkan para penderita semakin tidak berani untuk menunjukkan bahwa dirinya sakit dan semakin sulit untuk mendapat penanganan yang sesuai. Hal tersebut juga dapat memperparah kondisi penderita. Tekanan dari stigma masyarakat, kurangnya dukungan sosial, labeling negatif yang bertubi-tubi membuat penderita semakin merasa dirinya tidak berharga. 

Menurut kalian, mengapa sekarang semakin banyak orang yang bunuh diri? Mengapa Arthur Fleck (salah satu karakter di film Joker) melakukan aksi kriminal? Jawabannya adalah karena kita sedang berada di judgmental society, dimana hujatan dan stigma semakin menyebar dan semakin dianggap biasa. 

Renungkan sejenak kata-kata dalam buku harian Arthur Fleck di film Joker. ‘The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don't’. Kata-kata tersebut secara tidak langsung menyindir realita dunia dan masyarakat yang terkesan egois. Kenyataannya memang begitu, orang dengan gangguan kesehatan mental selalu memilih untuk diam dan memendam perasaannya sendiri, tidak nyaman dan tidak berani untuk speak up, karena takut akan labeling negatif dari masyarakat. Mereka harus berusaha terlihat biasa dan bahagia, karena itu yang masyarakat mau. 

Orang yang memiliki gangguan kesehatan mental juga sangat berjuang untuk hidup layaknya manusia biasa. Mereka hanya ingin dihargai dan diterima, sesederhana itu. Mulai sekarang, mari mengubah pola pikir kita, ODGJ juga manusia yang butuh dihargai dan didukung secara psikologis. Stigma bisa datang dari siapa saja, termasuk diri kita sendiri tanpa kita sadari. Posisikan dirimu menjadi orang lain ketika akan mengucapkan sesuatu atau melakukan suatu tindakan. Berhenti berlindung di balik kata ‘baper’ atas perkataan dan perbuatan kita. 

Mari belajar untuk lebih aware terhadap stigma dan mental illness. Let’s spread love and kindness.

Penulis : Angelia

Komentar

Postingan Populer