Malnutrisi Mengancam Kualitas Hidup Manusia


Berbicara mengenai malnutrisi memang tidak selalu diartikan sebagai kekurangan gizi, melainkan dapat diartikan sebagai kelebihan berat badan atau obesitas. Hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan energi, protein, atau kadar nutrisi lainnya yang terdapat di dalam tubuh, sehingga menimbulkan efek samping berupa perubahan bentuk pada tubuh manusia.


Hingga saat ini, malnutrisi sudah menjadi permasalahan global yang mendunia. Banyak negara yang sudah terkena dampak malnutrisi, seperti negara-negara bagian Afrika, Asia Tenggara, dan Asia Tengah. Kondisi ini menargetkan bayi dan balita yang menjadi dampak dari kondisi malnutrisi. Kemiskinan, urbanisasi, perubahan iklim, dan pemilihan makanan yang tidak sehat menjadi penyebab utama kualitas hidup anak menjadi sangat buruk. Belum lagi, asupan makanan yang dicerna setiap harinya tidak membawa manfaat bagi tubuh mereka, sehingga kondisi malnutrisi menjadi suatu hal yang paling mengerikan bagi anak usia dini. Banyak sekali anak yang menderita malnutrisi dikarenakan asupan makanan yang tidak membawa manfaat bagi mereka. Di sisi lain, meningkatnya jumlah ketersediaan makanan kurang bergizi semakin meningkat serta penurunan aktivitas fisik di negara-negara yang berpenghasilan menengah juga mengakibatkan obesitas yang dapat berakibat sangat fatal, misalnya timbul penyakit-penyakit berbahaya seperti diabetes, jantung, dan stroke.


Dilansir dari laporan yang bertajuk “State of the World’s Children 2019: Food and Nutrition”, menemukan bahwa setidaknya 1 dari 3 anak balita secara global (lebih dari 200 juta) menderita kekurangan gizi atau kelebihan berat badan. Sedangkan, sekitar 2 dari 3 anak yang berusia kisaran enam bulan hingga dua tahun tidak diberi makanan yang dapat mendukung pertumbuhan pesat pada tubuh dan otak mereka. Hal inilah yang dapat menempatkan mereka pada risiko perkembangan otak yang buruk, lemah dalam pembelajaran, kekebalan rendah, peningkatan infeksi, dan dalam banyak kasus dapat menyebabkan kematian.


Di Indonesia sendiri, masalah malnutrisi masih menjadi perhatian khusus karena kegagalan dalam masa pertumbuhan seseorang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak. Hal ini dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak secara permanen. Di sisi lain, memiliki tubuh yang kurus atau kekurangan gizi akut merupakan akibat dari penurunan berat badan yang terlalu cepat atau kegagalan untuk menambah berat badan. Seorang anak yang tergolong kurus atau kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi.


Organisasi global United Nations Children’s Fund (UNICEF) mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang mendukung gizi dan memperkuat sistem untuk pemberian layanan gizi. Aspek ini termasuk memberikan saran kebijakan, koordinasi dan dukungan advokasi; membantu menghasilkan bukti praktik terbaik dalam nutrisi. Baik negara berkembang dan negara maju, mereka semua sedang bersama-sama berjuang untuk melawan malnutrisi yang terjadi di negaranya masing-masing. Mulai dari meningkatkan program gizi seimbang dan program “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”, seperti penyediaan air bersih dan sanitasi, pembangunan infrastruktur air minum, dan lainnya.


Terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menekan angka malnutrisi, yaitu dengan cara sosialisasi dan edukasi untuk pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga usia dua tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI, dan mengupayakan peningkatan usia pernikahan di atas 19 tahun untuk perempuan. Selain itu, pentingnya dalam memilih makanan yang lebih sehat, memilih camilan sehat yang dapat meningkatkan kesehatan otak, mengatur suasana hati, dan memberikan energi yang cukup pada tubuh, olahraga yang cukup untuk mengelola berat badan dan mengurangi penyakit, serta mengonsumsi suplemen menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya malnutrisi.


Penulis: Jessica Santoso
Editor: Clarissa Oktalim

Sumber foto: Google


Komentar

Postingan Populer